Posts

Showing posts from June, 2022

Pencuri Kantong Pengangguran (Cerpen)

  Pencuri Kantong Pengangguran  Mereka menyebut diri mereka  Sebuah PT. Namanya memang indah, nama yang akan meyakinkan para pengangguran frustasi dan putus asa seperti Aku.  PT. Grand Central begitu mereka mengenalkan namanya di iklan situs platform Job yang sepi pengunjung. Dan mereka berhasil meraup  keuntungan dari kantong banyak orang.  02  Februari 2022. Apa yang khusus pada hari itu, apakah karena hari itu adalah tepat dua hari setelah ulang tahunku yang ke-22?  Hari dimana, selama satu tahun ini, untuk pertama kali ayam berkokok dari jam weker ponsel pintar milikku, bergelegar membangunkanku yang enggan meninggalkan mimpi pagi. Aku membuka mata dan meraih ponselku dan menyentuh tulisan matikan alarm. Aku bangun didorong oleh asa baru, setelah sekian lama aku memilih bermalasan di atas kasurku, daripada menghadapi realitas. Dibangkitkan suatu tujuan yang dapat mempertahankan kewarasanku. Kulirik angka di layar  ponselku pukul 06.00 WIB, aku bergegas dan bersiap, berdiri di depan

Metarformosis Kodok menjadi Ular (Cerpen)

  Metarformosis Kodok menjadi Ular Pagi ini Luna begitu bahagia. Dia pulang lebih awal dari teman - teman sekelasnya. Matahari  turut senang melihat tarian Luna. Pepohonan di pinggir jalan ikut bergoyang bersama Luna. Klakson - klakson mobil dan Motor ikut menyoraki  kebahagian Luna. Hari itu jalan setapak begitu bersih, tidak ada sepeda yang berkejar - kejaran, tidak ada anak anak yang berebut jalan, atau tidak ada yang berlomba untuk sampai ke kerumah lebih awal. Dia berinjak melompati sebuah genangan air, tidak lupa menggoyang - goyang kepalanya. Luna  melonjak kemari dan meloncat kesana. Hari ini dia meraih pencapaian terbesarnya.  Di sekolah Luna bukanlah murid yang cerdas atau populer, tidak ada guru yang mengenalnya. Selain karena penampilan Luna yang tidak rapi dan selalu melakukan kecerobohan,  tidak ada yang mengenal Luna dengan sebutan lain. Seminggu lalu Pak Guru memberi mereka tugas untuk menghafal perkalian. Meskipun Luna bukan murid yang cerdas, berhitung adalah salah

Obituari Korannya Bolang (cerpen)

  Obituari Korannya Bolang ‘Aku mimpi lagi’ kata Lokito dengan suara berat, istrinya yang setengah tidur bergerak sedikit, seolah memberitahu Lokito bahwa dia juga terjaga. Lokito berbaring terlentang, tangannya direntang di atas kepalanya dan tangan yang lain di atas perutnya. Matanya menatap plafon rumahnya yang sudah mulai berjamur. ‘ ini uda ketiga kali’ bisik Lokita.  ‘ Itu hanya mimpi, gak berarti apa - apa.’  balas istri Lokita sambil membalikkan tubuhnya ke arah suaminya. ‘ Orang tua dulu bilang mimpi selalu kebalikan dari kenyataan, Bapak kamu sehat dan kuat, malaikat kematian pun tidak berani menatapnya.’   Lokito ingin mempercayai kata - kata istrinya, Ayahnya memang selalu bugar seperti olahragawan yang tidak kenal renta, dia tidak pernah melewatkan  lari pagi yang akan diakhiri terapi berjalan diatas kerikil di jalan setapak di antara kebun bunga miliknya. Lalu dia akan duduk selama dua puluh menit di atas bangku di dekat pancur kolam mini, tempat dia memelihara beberapa i

RURAL (CERPEN)

  Rural Tandis adalah kota kecil dan pinggiran. Tidak ada yang istimewa dari kota kecil ini. Tidak ada  panorama elok nan memukau.  Tidak memiliki pusat kesehatan yang memadai. Tidak memiliki sanggar olahraga untuk melepaskan hobi. Tidak ada  alun - alun kota untuk menikmati langit sore. Tidak ada taman hiburan untuk anak - anak bermain. Tidak ada pusat perbelanjaan.  Tidak ada  restoran untuk berakhir  pekan. Tidak ada tempat tamasya untuk melepas penat. Nihil. Selain para jutawan yang mulai menjamur dan para kriminal yang tidak mau berhenti, tidak ada yang membuat kota Tandis lebih menarik. Letaknya yang strategis, yaitu di jalur lintas antar provinsi menjadikan kota ini dikenal beberapa orang, diantaranya para sopir truk dan sopir bus antar provinsi. Siapapun yang tiba di kota Tandis akan disuguhi hamparan hijaunya rimbunan pelepah sawit ditambah birunya cakrawala siang, lalu pada saat malam, gelapnya kota seakan tak berkesudahan, hanya taburan bintang yang membedakan antara langit

‘Ma, sayang Mia Lagilah’ (Cerpen Anak)

  ‘Ma, sayang Mia Lagilah’ ‘Mama Peluk Mia lah!’ rengekku  ‘Ma,  sayang Mia lagi lah,’ Teriakku kencang dan kuat, aku kecewa dan sakit hati, aku hanya ingin Mama mendengar dan menuruti ucapanku. Apa itu sulit, aku masih  kanak - kanak aku bahkan baru masuk PAUD bulan lalu, aku hanya seorang gadis berumur empat tahun. Kehendakku yaitu mama  memahami aku dan menyadari apa yang dibutuhkan  gadis seperti aku. Dan lihatlah apa yang Mama lakukan dia hanya melihatku dengan tatapan itu, pandangan  yang membuatku  merasa tidak berdaya, aku membenci rasa tak berdaya. Mama selalu melakukannya, tatapan yang mengatakan aku gadis buruk yang  bertingkah manja, merespon  Mama, biasanya akan kubalas dengan keahlian terbaikku  yaitu merengek, berteriak, menangis atau jika perlu aku akan menggigit.  Mama diam, dan hanya menatapku dengan tajam.  Aku mulai menangis dan berteriak, “MAMA sayang Mia lah Ma!!’  ‘Mia Nakal, Mama Gak suka,’ Jawab Mama tenang dan acuh, lalu dia memutar badannya dan menjauh.  Tida