‘Ma, sayang Mia Lagilah’ (Cerpen Anak)
‘Ma, sayang Mia Lagilah’
‘Mama Peluk Mia lah!’ rengekku ‘Ma, sayang Mia lagi lah,’
Teriakku kencang dan kuat, aku kecewa dan sakit hati, aku hanya ingin Mama mendengar dan menuruti ucapanku. Apa itu sulit, aku masih kanak - kanak aku bahkan baru masuk PAUD bulan lalu, aku hanya seorang gadis berumur empat tahun. Kehendakku yaitu mama memahami aku dan menyadari apa yang dibutuhkan gadis seperti aku. Dan lihatlah apa yang Mama lakukan dia hanya melihatku dengan tatapan itu, pandangan yang membuatku merasa tidak berdaya, aku membenci rasa tak berdaya.
Mama selalu melakukannya, tatapan yang mengatakan aku gadis buruk yang bertingkah manja, merespon Mama, biasanya akan kubalas dengan keahlian terbaikku yaitu merengek, berteriak, menangis atau jika perlu aku akan menggigit. Mama diam, dan hanya menatapku dengan tajam.
Aku mulai menangis dan berteriak, “MAMA sayang Mia lah Ma!!’
‘Mia Nakal, Mama Gak suka,’ Jawab Mama tenang dan acuh, lalu dia memutar badannya dan menjauh.
Tidak, bukan itu tanggapan yang seharusnya Mama berikan, aku tidak puas dengan jawaban Mama, seandainya Mama menjawabku seakan aku adalah Putri Sophie, lembut dan penuh bujukkan, aku akan berhenti bertindak seperti bayi. Dari semua sahutan yang selama ini mama berikan ke aku, aku paling tidak suka ini.
Ini bermula karena video Youtube yang Kehha tonton , Kehha adik kecilku yang masih berumur 2 tahun, suara - suara di Youtube seru dan begitu mengundang, dan aku tertarik ingin menyaksikannya, namun Kehha mengabaikanku, aku tidak suka Kehha menonton sendiri, seolah aku diasingkan, aku juga suka melihat video - video lucu seperti video menari, video mendongeng dan yang paling kusuka video memasak. Lalu aku mulai beraksi agar Kehha memberi perhatiannya padaku, dengan kasar aku merebut ponsel dari Kehha tetapi Kehha tidak menyerahkannya, lalu aku menariknya kuat, tetapi Kehha tidak melepasnya, Lalu aku menariknya lebih kuat lagi, aku tidak boleh kalah dari Kehha, karena aku lebih tinggi dari dia. Lalu aku mendorong Kehha hingga dia jatuh dan ponsel terlepass dari tangannya, dengan kilat aku merebutnya, yang membuat Kehha menangis kencang. Tetapi aku tidak peduli, karena akhirnya aku berhasil memiliki ponsel dan video - video yang sesegera akan aku tonton.
Tidak lama mama berlari dari beranda depan, tempat mama biasanya menghabiskan sorenya dengan berbagai jenis Aglaonemanya, dia menemukan Kehha setengah terlentang kedua tangannya menahan setengah tubuh dan kepalanya, tidak jauh darinya aku berdiri menyembunyikan ponsel di balik Punggungku, Mama memandang kami bergantian, wajahnya memerah bak sebuah tomat siap panen ketika menatapku dan waswas terhadap Kehha. Mama menghampiri Kehha dan memeluknya. Kehha merengek, dan mengatakan pinggulnya kesakitan, lalu dia menangis lebih kencang sambil merentangkan tangannya, dia mengarahkan telunjuknya ke arahku.
‘Mia, apa yang kamu lakukan kepada adikmu?’ Tanya Mama.
‘Gak ada Ma’, balasku bohong sambil menggeleng-geleng kepalaku.
‘Mia Liat Mama’, kata Mama menatapku dengan tajam, ‘Jawab yang jujur, apa yang kamu lakukan pada adikmu?’
Aku menunduk, seraya menegakan kepala aku membalas pandangan Mama, ‘Mia mendorong Kehha Ma.’ Isakku sedih.
‘Dan demi apa kamu melakukan itu?!’ tanya Mama lagi, aku tidak ingin menjawab Mama, ‘ Mia mama bertanya padamu!’ Aku menunduk dan aku merasakan pipiku mulai membasah. ‘Karena adik Kehha gak kasih HP Ma.’
Mama menarik napas dalam, sebelum berkata lagi, ‘ Kamu tahu kan,ini jadwal adik menonton video, dan Kehha tidak pernah melewatkannya.’ Mama berhenti sebentar, sebelum melanjutkan,
‘‘Mama sudah berkali - kali mengatakan, kamu tidak boleh mengganggu Kehha, jika dia masih menonton video itu, Bukankah kamu punya jadwal menonton.’
‘Mama kecewa sama kamu,dan Mama marah sama kamu, hari ini jadwal bermain HP kamu mama batalkan dan kamu tidak boleh bermain di luar’, Mama memberi Ultimatum.
Aku menyesal. Aku menangis. Aku merasa bersalah. Kemudian aku melakukan satu - satunya cara agar Mama memaafkanku,
‘ Mama Mia minta maaf.’ rengekku kuat, Tapi Mama tidak memandangku. Mungkin aku harus mengatakannya dengan suara kencang dan dengan rasa penyesalan, ‘ MAMA MIA Minta maaf, maafin Mia.’ Lagi - lagi mama menghiraukanku, dia lebih memilih memeluk sayang Kehha dan membujuknya.
Aku semakin sedih, aku menjerit. ‘Mama Sayang Mia lah ma,Peluk Mia ma,‘ Aku mengikuti mama dari belakang. ‘Ma, Peluk Mia Ma’.
‘Mia janji, Mia gak nakal lagi,Mia gak ganggu adik Kehha Lagi,’
Mama berhenti sebentar, lalu memutar tubuhnya, menatapku dalam, tapi tidak mengatakan apa - apa. “Mia Janji Ma, Mia akan baik sama ade Kehha, Mia gak mau dorong - dorong ade Kehha lagi.’ Kata ku memohon. Aku tersedu- sedu.
Seketika Mama berjongkok di hadapanku, ‘ Baik, Mama maafin kamu, dan kamu juga harus minta maaf pada Kehha.’ Aku mengangguk. Lalu mendekati Kehha dan meminta maaf pada Kehha.
‘Ade maafin kakak Mia, yah’. Isakku. Sebagai tanda permintaan maafku, Aku mengembalikan ponsel kepada Kehha, dan Kehha mengambil dan memeluknya erat, seakan tidak ingin berpisah lagi dengannya.
Lalu aku kembali pada Mama, dan berkata, ‘Mama sayang Mia lagi yah, Ma’. Masih terisak - isak dan mata lembab, kataku Lirih ‘ Ma sayang Mia lagi yah, Ma.’
Mama menarik nafas pelan kemudian menghembus nafasnya, dia mengusap tangannya yang lembut dan halus ke pipiku yang basah, lalu dia memelukku dan mengusap kepalaku.
Lalu mama berkata, “Mama selalu sayang Mia!’ kemudian mama mengecup kepalaku. Dari seberang ruangan Kehha meletakkan ponselnya dan menghampiri kami, mama melebarkan tangannya dan memeluk kami berdua. Dan aku mulai berbunga - bunga lagi.
Tamat
Comments
Post a Comment