That's ... I call Ironic

Sebenarnya dia tidak salah sama sekali, pertanyaan seperti itu bisa datang dari siapa saja, apalagi dia orang asing dan tidak tahu apa apa tentang daerah kunjungan, aku saja yang terlalu overthinking. 
Jadi kemarin itu aku ketemuan sama seorang pria yang kenalan melalui aplikasi perjodohan online, kemudian kita tukaran media sosial dan melanjutkan kirim pesan disana, dan sampe kita janjian mau ketemuan esoknya. Dan  kita ketemuan dong di titik yang dia kirim, dan kita makan di sebuah restoran dia pesan sandwich vegetarian dan minumnya teh, aku pesan kopi susu. Singkat cerita dia cerita tentang diri dia, dia berasal dari Jerman dan baru baru ini tinggal di Bulgaria karena disana biaya hidup murah, dan singkat cerita dia bertanya aku dari mana dan aku jawab aku dari riau, dia tanya berapa banyak penduduknya, itu pertanyaan paling sulit yang pernah datang, yah mana aku tahu berapa banyak penduduk Riau, gubernur Riau sendiri saja mungkin gak tau berapa banyak rakyatnya tanpa melihat data, kemudian untuk menghentikan pertanyaan pertanyaan gilanya yang lain aku langsung cerita jika Riau itu daerah yang kecil dan baru baru ini Riau sudah mulai bangkit karena di bantu sawit, dan dia nimbrung dong, dia tanya iya banyak hutan yang hilang karena penanaman monogous sawit, dan merusak Nature. Dan menanyakan pendapat ku tentang hal itu. Aku terdiam sejenak, bagaimana merespon pernyataan seperti itu,  kemudian supaya  penasarannya tidak lebih panjang aku jawab saja, jika benar itu buruk untuk alam, tapi juga sangat membantu penduduk disana, karena dulunya Riau dan sekitarnya adalah daerah yang miskin. 
Dan akhirnya date menjadi sangat membosankan dan aku menjadi tidak sangat nyaman. 
Dan satu malaman aku gak bisa tidur, bukan hanya karena kopi yang kupesan tapi pertemuan yang sangat tidak menyenangkan. 
Dan pagi ini aku terbangun dan menemukan jawaban yang membuatku tidak nyaman, 
Seharusnya aku beberkan hal ini padanya.
" Dengar yah bro, kamu itu dan negara tempat kamu berasal jangan Sotoy. Sok tahu dan songong. Yang ingin menyalahkan negri ini, aku tau banyak negara negara maju yang blaming Indonesia karena lahan monogous sawit yang ada di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan cara memblok dan menolak produk yang menggunakan kelapa sawit, dengan alasan pembukaan lahan sawit merusak bumi. 
Kalian tidak tahu betapa kelapa sawit banyak menolong penduduk di Indonesia dari kemiskinan , dengan sawit banyak penduduk Indonesia yang hidupnya menjadi lebih layak. Kalian tidak pernah melihat massa yang mengonsumsi makanan yang tidak layak, pakaian yang tidak layak dan tempat tinggal yang tidak layak, seharusnya kalian tahu bahwa itu semua berubah karena kelapa sawit. 
Kalian mengklaim bahwa negara ini kehilangan hutan tropical secara massal, bla bla, bla, dan belum lagi blaming yang di terima negri bahwa bumi sudah mulai rusak karena hutan tidak ada lagi, seandainya kalian hidup bersama penduduk ini, kalian akan mengatakan yang sebaliknya , ayo sama sama intropeksi dan flashback bahwa alam rusak bukan karena penanaman monogous kelapa sawit, bumi sudah rusak sejak industrial mulai berkembang, yang kebetulan dimulai di negara Eropa. Dan yang masih saya dengar kabar bahwa produksi barang barang industri di negara barat dan maju lainya masih adem adem ayeng tuh, tidak ada pemberhentian produksi, buktinya masih banyak produk mutakhir impor ke Indonesia yang kebetulan bukan saja prose produksiannya merusak bumi tetapi juga pemakaiannya, misalnya saja mobil Toyota atau BMW, produk rumah tangga seperti kulkas, pendingin dan pemanas ruangan. (Dan saya tekankan lagi tidak ada satupun barang barang ini yang di produksi di Indonesia, semuanya, produk produk negara maju). Benar adanya bahwa Permintaan produk tersebut di Indonesia memang banyak karena yah budaya orang orang Indonesia adalah hedon dan konsumer, tapi toh pemberhentian stok produk produk tersebut tidak berhenti.

Kalian memberi contoh bahwa "kami tidak lagi menggunakan produk produk seperti itu yang akan merusak bumi", kalian memberi contoh negara negara seperti Jepang atau Jerman, yang kesehariannya mengurangi pemakaian produk produk ini, mungkin itu benar, ooo tapi tunggu dulu bukan kah kedua negara ini adalah produsen terbesar produk produk tersebut (yang menghasilkan gas emisi) yang bisa secara mudah ditemukan di Negri ini. Biar saya kasih tahu Indonesia adalah pengguna bukan penghasil. 
Dan bukan kah jika tidak ada produk, pengkonsumsi juga tidak akan ada. Jadi please hentikan dulu hal hal seperti ini di negara sendiri dan berhenti menyalahkan negeri Indonesia dan menghentikan penghasilan para petani sawit miskin Indonesia. 
Bukannya saya anti eco-friendly, saya katakan saya cukup mencintai alam, karena itu saya lebih memilih jalan kaki kemana saja jika bisa, dan membawa botol minuman kemanapun, daripada membeli minuman yang memakai botol sekali pakai. 
Saya pro kepada penanaman sawit, karena saya lahir dari keluarga miskin yang kehidupan kami bangkit dari kelapa sawit, dan saya bangga mengatakan jika saya juga adalah petani sawit.
Orangtua saya petani sawit, nenek saya petani sawit, paman saya petani sawit. Nenek saya yang sudah lama menjadi janda tidak memiliki pekerjaan layak, karena tidak memiliki pendidikan, bisa hidup lama karena bantuan sawit. Saya bisa melihat betapa nenek saya begitu mencintai ladang sawitnya yang tidak seberapa, karena baginyanya kelapa sawit adalah harapan, untuk dapat kehidupan yang layak. 
Bukan hanya nenek saya, tetapi sejuta umat penduduk Indonesia yang lain, yang juga merasakan manfaat sawit. 
Jadi menurut saya jika kamu menolak dan memblok penggunaan sawit, itu sama halnya kamu juga telah memutuskan harapan kehidupan banyak orang. 
Ironic buka!!! 

Comments

Popular posts from this blog

Stinkhorn mushroom

Perempuan perempuan Bali1

Hujan November