Perempuan perempuan Bali1

 Perempuan bandungan

Kamu bukan orang pertama yang aku kenal merantau dari Bandung, datang ke Bali,setiap malam pergi ke klub, dugem sampai gila akhirnya di bungkus oleh Bule. 

Kata pria itu tajam. Mereka hanya berdua, duduk berhadapan, dan dipisahkan oleh seponggok usia dan jabatan. 

Ombak pantai mengalunkan musik pengantar pembicaraan mereka. Pasir hitam yang sebentar akan tempat bersarangnya telur penyu - penyu membisik tidak senang tentang angin pantai bali yang mulai berubah ekstrim. Dia menyesali keadaan ini, karena si pasir sangat menyukai para penyu itu, dan merasa prihatin kepada para ibu penyu jika telur -  telurnya gagal menetas. Si Gadis menahan tumbukan dingin angin La Nina ini. Tetapi dia tidak kelihatan kedinginan atau berpura merasa terganggu dengan itu, bahkan sindiran pria tidak merusak mimik wajahnya. 

Dia memandang laut, ombak mengejar satu sama lain. Gadis itu cemas meskipun begitu wajah datarnya tidak berubah. Dari tiga hari lalu dia menunggu balasan pesan dari pacar Bulenya. Dan sampai pagi ini dia selalu melirik IPhonenya dan nihil, tidak ada satu pun pesan yang dia Terima. 

Si pria menyadari ketidakacuan si  gadis pada kata katanya. Lalu dia melanjutkan, 

Aku tidak mencoba menghakimi kamu Re,  lanjut si pria sambil meneguk bir Bintang ketiganya senja itu,sambil menggoyang goyang kakinya serasa tidak nyaman dengan apa yang akan dia sampaikan, cuman kau harus hati hati dengan penyakit tertular terutama dari para Bule, kamu bisa terkena AIDS. Pandangan Retno lurus kepada Bos barunya, meskipun perhatiannya jauh melayang kepada pacar Bulenya. Mereka sepert itu seperti singa, siap menerkam perempuan perempuan lokal yang bodoh. Perempuan lokal yang kecil dan polos adalah makanan lezat bagi para bule bali.

Pria gondrong itu berhenti sejenak, alunan warna jingga matahari mulai turun di ujung horizon, rupa rupa warna yang hanya dapat di potret oleh lensa matanya membangunkan suatu ingatan indah seorang gadis muda yang keelokannya mengalahkan ego pria itu. Sejenak sepasang turis melintas di hadapan mereka, Restu dan Pria itu melemparkan senyum keramahan Bali kepada pasangan itu.

Namanya Tara, kukenal dia beberapa tahun lalu. Waktu itu dia kerja di spa massage di Kuta, dan aku adalah klien pertamanya, itu yang dia bilang. Aku sadar dari logat dan cantik mukanya, asalnya dari bandung karena logat Sunda dia masih kental kali. Kamu percaya pada istilah jatuh cinta pada pandangan pertama Re? 

Restu diam, dia tidak tau, apakah itu pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau hanya sekedar pertanyaan untuk didengar. Dia memutuskan untuk tidak menjawabnya, karena diam adalah jawaban yang harus diberi jika si pria gondrong sedang berceloteh ketika mabuk. 


To be continued... 


Comments

Popular posts from this blog

Stinkhorn mushroom

Hujan November