Bab 6 Rus

 Rus berdiri bersandar di truk yang memuat kayu raksasa, kayu - kayu itu dia angkut dari konservasi hutan Industri. Besok dia akan mengantarnya ke Pabrik kertas, dia akan berangkat dini  hari  agar dia tidak mengantri terlalu lama, sehingga dia dapat kembali lebih awal. 

Beberapa waktu lalu berita tentang penangkapan para penebang Hutan Liar menghantui semua orang tidak terkecuali para sopir truk. Tidak sedikit dari mereka di tilang dan akhirnya masuk penjara. Tidak ada satu pun Perusahaan,  tempat mereka menyetor kayu - kayu ilegal itu, ambil pusing untuk memberi jaminan kepada mereka, seperti keluar dari ruang menuju terik, mereka semua menutup mata. Sering sekali Rus menyarankan teman - temannya, agar mereka sebaiknya bekerja secara legal dengan membuat surat izin kerja dan surat surat administrasi lainya sehinga mereka dapat bekerja lebih aman, Rus juga tidak lupa menambah bualannya, bahwa jika mereka mau dia dapat mengenalkan mereka kepada salah satu koleganya yang bekerja di sana.  Tetapi mereka tidak pernah menggubris kata - kata Rus.

"Rus kau tau kan, bagaimananya amburadulnya pemerintahan kita, aku bukan tidak mau mengurusnya, tetapi aku tak mau di kerjain dan dibodohi orang - orang kantoran itu. Selain itu aku lebih diuntungkan, aku tidak perlu membayar pajak dan tidak ada potongan potongan yang diperlakukan perusahaan. Aku hanya mengambil kayu dari para mafia dan mengantarnya ke perusahaan, keluarkan uang sedikit kepada preman berpakaian biru, kedipkan mata kerjaan selesai. " Jawab salah satu sopir  saat Rus menjelaskan keadaan mereka.

Dan dengan kedipan mata juga mereka sekarang berada di Bui, pikir Rus.

 Rus merogoh kantong jeans kusam yang tidak dicuci berhari hari, dia menarik sebatang rokok Djarum Super dan mengapit di kedua bibirnya, dia mengambil geretan dan memantik ujung fosfor ke permukaan merah kertas geretan, mengarahkan kobaran api kecil dari ujung batang ke ujung rokok diantara bibirnya, menghisapnya, menahan nafas sebentar, kemudian melepaskan bersamaan gumpulan asap melalui mulut dan hidungnya. 

Pikirannya melayang kepada Alan, gadis tinggi nan mempesona, tubuh indah dan mata  yang tercipta untuk menggoda. Rus bertanya - tanya, apakah Alan berjalan seperti itu atau dia melakukannya dengan sengaja. Dia selalu berjalan dengan pandangan lurus bak siap menantang badai. Kepala diangkat, dagu sedikit turun, berjalan tegak seirama dengan hembusan angin yang melewatinya. Alami atau dibuat - buat, tetap saja membuat Rus tidak tenang setiap melihatnya. Rus berpikir bagaimana cara mengajak Alan untuk menghabiskan malam minggu dengannya. Dia sudah membayangkannya mereka akan pergi ke Festival Desa, kemudian akan menaiki Bianglala, komedi putar, dan wahana lainnya sampai akhirnya ke rumah hantu, dia sudah punya rencana semua yang akan dia lakukan di dalam sana, dan hal itu

membuatnya senyum - senyum sendiri. 

Rus menengadah ke atas, dilihatnya sepasang burung Gagak yang bertengger di atas garis kawat transmisi listrik. Langit jingga menggantikan kemegahan biru, tidak mengurangi cerahnya wajah Rus, di kejauhan muncul seorang sosok, orang yang dia tunggu sejak sejam lalu. Rus melempar puntung rokoknya, dan berjalan cepat menuju kepala mobilnya. Dia membuka pintu, menaiki step truk, berdiri sebentar, mengulurkan tangannya ke dalam dasbor, menarik sesuatu, memasukkan ke dalam kantung depan kemejanya, dan turun. Dia memutar balik, dan pergi menjauhi truk, melewati dua mobil besar yang sedang parkir di Rumah Makan Lapo, dia berlari kecil mengejar sosok itu.

Rambutnya yang kribo mendominasi keseluruhan bagian kepalanya, Tubuhnya yang tidak biasa, mengingatkan setiap orang yang melihatnya untuk mendengarkan nasihat ahli gizi untuk menjaga dietnya. Jalannya seperti raksasa yang kelelahan bangun dari tidur, dan kakinya yang pendek harus bertanggung jawab menopang kesalahan pemilik tubuh. Rus memanggilnya, tetapi tidak ada jawaban, Rus memanggil  keras lagi, wanita itu tidak menoleh juga, Rus tau dia bisa mendengar suaranya, memperkencang larinya Rus mengejarnya . Rus akhirnya berjalan disampingnya, Rus meliriknya, “Aku tau kamu bisa mendengarku”.

“ Dan aku sengaja tidak mendengarmu”, balas Wanita itu pedas, “Aku udah tau apa yang ingin kau sampaikan, aku udah muak dengan janji - janji mu, aku tidak memaksamu untuk membantuku, ingat? Kamu sediri yang menawarkan diri”.

“Dan aku memang akan melakukanya.”

“Itu yang kau bilang tiga bulan, sebulan dan seminggu lalu ‘ Tenang Ti, besok aku akan

pergi ke kota, dan mencarikan pengacara, kurang dari satu minggu Alter akan keluar dari penjara.’ itu persis yang kau janjikan padaku”. 

“Aku sudah memang pergi ke kota Ti.”

“Benar, tapi tidak untuk pengacara kenalanmu yang kamu bilang hebat yang telah membela para pejabat dan orang - orang kaya. Alih alih kau kirimkan seorang pengacara gadungan Rus, pengacara yang harusnya mengeluarkan adikku, bukan adikku yang bebas tapi uang kami yang terkuras Rus, untuk membayar Pengacara yang kau bilang temanmu itu”

“Aku tau, aku minta maaf, Ti” kata Rus Lirih. Dia menundukkan kepalanya karena merasa malu.

“Tidak ada gunanya permintaan maafmu Rus,” kata Ti lantang memberi Rus ultimatum, ” Kau baik Rus, kau satu satunya orang yang peduli akan keluargaku dalam nestapa ini, hanya saja berhenti memberi harapan palsu, dan menjanjikan hal yang tidak bisa kau lakukan dengan sepenuh hati. Aku akan pergi, dan aku mau kau berhenti mengikutiku mulai sekarang dan kapan pun. 

”Ti berjalan mantap meninggalkan Rus. 

Comments

Popular posts from this blog

Stinkhorn mushroom

Perempuan perempuan Bali1

Hujan November