Bab 4 Alan

 Si Pria tidak berhenti, dia mengikuti Perempua itu dari belakang. Dia menarik napas dalam,

menghirup aura tubuh yang ditinggalkan Alan, menikmatinya, membuatnya

merinding dan membangkitkan sel - sel  tubuhnya. “ Alan, nama yang tidak biasa untuk seorang gadis batak”, tidak ada jawaban. “Apakah kamu sudah menikah”. Sunyi, hanya suara

kesibukan dan obrolan kosong pelanggang rumah makan yang menjawab.

“ Belum yah?!”,

“Punya Pacar?” Alan tiba di meja pelanggan, menurunkan semua pesanan dari nampan, dan

tersenyum kepada seorang pria paruh baya di depannya.

“ Bagaimana kabarmu, Lan?”.

“Sangat Baik, saya belum sempat mengucapkan terimakasih kepada bapak”.

“ Tidak masalah, toh kamu baru saja mengucapkannya”.

“Jika bapak tidak merekomendasikan saya, mungkin saya masih tinggal di jalanan.” Jawab Alan

antusias.

“Aku senang kalo kamu bisa bertahan”.

Si pria Paru bayah menatap pria di belakang Alan ingin tahu, si Pria membalas tatapannya,

“ Sepertinya kamu sudah memiliki seorang penggemar, Lan”.

Alan memandang si Paru baya binggung, mengikuti pandanganya dia menoleh dan melirik Pria itu, lalu menjawab, “ Oo,,, hmmm dia

salah satu pelanggan disini, dia…”

“Rus.” potong si Pria, “ nama saya Rus” Kata Rus singkat sambil mengulurkan tangannya, Paru baya

menjabatnya, “ Tohang”.

Tohang Pria yang tampan, kulitnya bersih dan potongan rambutnya rapi bak seorang tentara.

Umurnya mungkin akhir 30an atau awal 40an. Dia memakai Kaos berkerah layaknya seorang

atlet Golf, dia memakai jam tangan mahal yang mendukung penampilannya, secara keseluruhan

dia tidak pantas berada di lingkungan ini, dia seharusnya berada di restoran mewah tempat

para orang kaya menghabiskan uangnya, pikir Rus.

Dia kebalikan dari Rus, Rus berantakan rambutnya terlalu panjang untuk seorang pria,

kemeja lengan panjangnya  bernoda dan bau tubuhnya sangat mengganggu bahkan untuk dirinya sendiri. “

Anda tinggal di daerah sini?” selidik Rus,

“Tidak, tidak, saya berasal dari Kota, saya disini untuk keperluan pekerjaan, saya seorang

Manager Projek Lapangan kilang minyak. Saya hanya beberapa hari saja disini, dan Anda,

apakah anda asli daerah sini? Dan tolong duduk saya tidak nyaman berbicara seperti ini,

apakah anda sudah makan” Tawar Tohang

Rus menarik salah satu bangku dan duduk di hadapan Tohang, “ Terimakasih, tapi saya sudah

makan.”

Alan masih berdiri disana, mendengarkan mereka dengan aneh, hendak mengundurkan diri, dia

tidak ingin berlama - lama disana mencuri kuping pembicaraan dua pria yang sangat bertolak

belakang. Dia menarik napas dan dan berkata, “Baiklah, selamat menikmati makan siang anda

pak.” Dia tersenyum kepada Tohang, dia berputar tanpa memandang Rus, dan berjalan menuju

dapur, Rus bisa melihat dari balik punggungnya senyum berbinar Alan tidak akan hilang dalam

waktu yang lama. Dan penyebab semuanya adalah orang yang berada di hadapan Rus, Rus

seketika tahu bahwa Alan mengagumi Tohang.

Comments

Popular posts from this blog

Stinkhorn mushroom

Perempuan perempuan Bali1

Hujan November