HIDUP UNTUK BELAJAR

Empat puluh lima menit, 2 - 5 kali dalam satu hari dan 5 kali dalam seminggu, selama itu waktu yang kuhabiskan menonton aktivitas kelas di sekolah ini, sekedar informasi sekolah ini adalah sekolah internasional khusus untuk anak - anak para pekerja (kewarganegaraan asing), di salah satu perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Terkadang menonton mereka selalu menghasilkan kesan yang berbeda beda, terkadang aku seperti keluar dari tempurng sempit nan gelapku dan mengatakan ooooo atau Wauuuu, di lain waktu aku akan marah, kemarahan itu bukan dari mereka, dan aku tidak paham itu juga untuk siapa.

Aku berada disini sudah hampir 110 hari,  posisiku adalah seorang teaching assistant ( eventhought name of my position is kind of thing tapi gak semewa namanya juga) karena aku adalah benar benar pembantu,  setidaknya mereka beranggapan aku seperti itu, dan orang orang disini akan memanfaatkanmu sebisa mungkin,tapi aku tidak mau membiarkan diriku menjadi salah satunya, dengan cara aku menyerap semua apa yang mereka berikan terhadapku, aku belajar; mempelajari budaya, sistem dan dan metode, dan segala hal yang bisa menambah pengalaman baru, baik itu secara langsung maupun tidak, aku menyimpannya tentu saja, dan  menyalurkan kepada lingkungan ku dengan berusaha memberi impact yang sama dari yang aku terima, dan itu sangat bagus, karena aku melihat dan aku melakukan ini adalah salah satu metode belajar yang semua buku pendidikan katakan.

Disini Aku melihat siswa - siswa yang pemikir, bukan siswa yang mengilai jawaban benar dan mengingikan pengakuan atas jawaban itu, dan mereka juga tidak selalu menginginkan jawaban benar tetapi mereka menuntut penjelasan dan alasan, dan staf pendidik membuat mereka menjadi begitu. Jika  pembaca adalah seorang Guru dan sering sekali mengikuti seminar metode belajar yang sekarang ini di sosialisakan oleh pemerintah yaitu student center, disini hal itu terjadi, Guru -guru setidaknya salah satu yang aku bekerja dengannya, selalu berusaha menciptakan metode yang baik untuk perkembangan belajar siswa, Guru berfungsi sebagai pengantar materi dan fasilator, siswalah yang  bekerja, mereka  belajar, mengamati, dan berdiskusi, pada saat pelajaran  akan berakhir, mereka akan melaporkan dan menuliskan hal yang mereka amati dari materi yang di berikan si guru. Dan untuk mengepressiasi hasil ide ide, pemikiran para siswa, Guru menempelkanya di sepanjang sign board dinding kelas.

Siswa menaruh perhatian yang dalam terhadap ilmu yang mereka pelajari, dan bukan pada hasil raport yang mendapat nilai A,  yang sering kali menggangu keadaan psikis anak jika itu adalah anak kita di Indonesia, orangtua akan melabel si anak adalah anak yang bodoh,  teman teman akan menjauh mereka karena mereka pikir anak tersebut tidak cukup berguna untuk menjadi teman dan guru akan menghindari dan tidak menganggap mereka. Ketika menggunakan kekerasan dalam mendidik sudah sangat dilarang, bahkan sejak aku duduk di SMP menghukum siswa dengan fisik sudah sangat dilarang, dan hal yang sangat menyedihkan adalah hal tersebut masih terdapat di Indonesia,  setidaknya itulah hal yang pernah aku lihat.

Pada saat itu aku masih seorang pekerja sosial di medan, Organisasi kami salah satu organisasi pendidikan karakter di salah satu kota besar di Indonesia, suatu masa kami  berada di sekolah ini, salah satu Yayasan idependent yang hanya memilik sekolah dasar, sekolah ini hanya memiliki 1 bangunan dan 4 ruangan, ruangan pertama adalah ruangan kepala sekolah, dan ruangan yang lain adalah kelas belajar, karena tingkat kelas  berada dari kelas 1-6 dan ruang kelas hanya ada 3,  dan sudah pasti 1 ruangan di huni oleh dua tingkat kelas dan dua orang guru, bisa dibayangkan bagaimana siswa akan menyerap apa yang diajarkan oleh guru saat mereka menjelaskan pelajaran. Tidak heran guru akan menggunakan fisik dalam mendidik mereka, bila dikatakan hal tersebut adalah mendidik. Dan kesempatan yang sangat luar biasa, khususnya bagi saya pribadi,  kami bekerja untuk membantu mereka, dengan metode dan pelajaran yang menarik kami mulai membantu para guru dan juga siswa bahwa belajar itu mengasyikan tidak dengan cara yang keras apalagi memukul atau mencubit siswa.  Dengan bantuan para volunteer satu per satu para siswa sangat menyukai kelas kami, beberapa dari siswa bahkan mengatakan jika kelas kami adalah hari yang selalu mereka tunggu setiap minggu.
Siswa yang ada disini berasal dari keluarga yang memiliki berbagai isu.

Up side down, yah keadaan itulah yang aku rasakan sekarang, aku dulu bekerja untuk orang yang tidak mampu dan sekarang aku bekerja sekitar orang yang berada.  Personally aku tidak pernah membayangkan aku akan bekerja disini dan begini, setidaknya dengan keputusannku aku membuat kadar pekerjaan ku menurun pada tingkat paling bawah, sebelumnya aku memang bawahan tapi tidak sebawah ini, tidak setelah aku keluar dari pekerjaan lamaku, yang dulunya aku berkesempatan untuk bereksperimen, berkreativitas, mencoba, dan belajar sendiri.

Dan satu hal yan paling penting yang aku percaya, tidak ada sesuatu di dunia ini yang sia-sia, begitu juga dengan keadaan ku sekarang, diperlakukan sebegitu rendah dan melakukan hal yang sangat dibawah standarku seharusnya, maksudku aku belajar di universitas, meraih gelar sarjanaku di bidang sains, dan berakhir menjadi seorang pesuruh, memiliki pengalaman 1 tahun sebagai staff management children di sebuah yayasan  peduli pendidikan karakter start up di Medan,  secara pengembangan diri aku mendapat ilmu yang jauh lebih baik disana, nah itu dia aku tidak mungkin melakukan ini itu akan merusak jiwa ku, berkeluh kesah, orang bijak  berkata bahwa selama kamu hidup belajar lah.








Comments

Popular posts from this blog

Stinkhorn mushroom

Perempuan perempuan Bali1

Hujan November